TAUKAH ANDA BERBARING DI REL KERETA API BISA JUGA UNTUK BEROBAT
Jakarta - Rel kereta api aktif di Stasiun Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat (Jakbar), menjadi tempat berkumpul para lansia. Aliran listrik di rel kereta tersebut diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Sekitar 10 orang lansia dengan santai berbaring. Kedua tangan dan kakinya diletakkan di atas seketika tubuh mereka bergetar tersengat aliran listrik. Kegiatan seperti ini biasa dilakoni selama 1 jam.
Jarangnya kereta yang melintas membuat para lansia merasa nyaman. Kereta jurusan Kota-Tangerang datang setiap 1,5 jam sekali. Pengobatan seperti ini bisa dilakukan siapapun tanpa dipungut biaya.
Sri Mulyati (50) misalnya, mengaku menderita penyakit gula, asam urat, kolestro dan darah tinggi. Selama 13 tahun berobat ke dokter, alternatif penyakitnya tak kunjung sembuh.
Mendengar dari tetangga sejak 1 tahun lalu, Sri mulai mencoba terapi pengobatan di rel kereta api. Percaya atau tidak, ibu 7 anak ini merasa kesehatannya sudah mulai membaik. Biasanya Sri datang setiap hari.
"Sekarang sudah enakan," katanya kepada detikcom Selasa (19/7/2011).
Hal serupa juga diutarakan oleh Warsi (40), warga Semanan, Kalideres ini. Sejak 1 lalu dia sakit asam urat. Setelah merasakan terapi dia merasa kakinya lebih enak saat jalan.
"Sudah tidak sakit lagi, badan enteng," imbuhnya.
Ketika hari semakin sore, para lansia terus berdatangan. Umumnya mereka datang membawa lap dan sebotol air. Nantinya lap itu akan disiram air agar menghasilkan tegangan listrik yang lebih besar.
"Kalau basah listriknya lebih besar," ungkapnya.(did/irw)
Sekitar 10 orang lansia dengan santai berbaring. Kedua tangan dan kakinya diletakkan di atas seketika tubuh mereka bergetar tersengat aliran listrik. Kegiatan seperti ini biasa dilakoni selama 1 jam.
Jarangnya kereta yang melintas membuat para lansia merasa nyaman. Kereta jurusan Kota-Tangerang datang setiap 1,5 jam sekali. Pengobatan seperti ini bisa dilakukan siapapun tanpa dipungut biaya.
Sri Mulyati (50) misalnya, mengaku menderita penyakit gula, asam urat, kolestro dan darah tinggi. Selama 13 tahun berobat ke dokter, alternatif penyakitnya tak kunjung sembuh.
Mendengar dari tetangga sejak 1 tahun lalu, Sri mulai mencoba terapi pengobatan di rel kereta api. Percaya atau tidak, ibu 7 anak ini merasa kesehatannya sudah mulai membaik. Biasanya Sri datang setiap hari.
"Sekarang sudah enakan," katanya kepada detikcom Selasa (19/7/2011).
Hal serupa juga diutarakan oleh Warsi (40), warga Semanan, Kalideres ini. Sejak 1 lalu dia sakit asam urat. Setelah merasakan terapi dia merasa kakinya lebih enak saat jalan.
"Sudah tidak sakit lagi, badan enteng," imbuhnya.
Ketika hari semakin sore, para lansia terus berdatangan. Umumnya mereka datang membawa lap dan sebotol air. Nantinya lap itu akan disiram air agar menghasilkan tegangan listrik yang lebih besar.
"Kalau basah listriknya lebih besar," ungkapnya.(did/irw)
Sumber:Detik.com
IBU TERMUDA DALAM SEJARAH, MELAHIRKAN SAAT USIA 5 TAHUN
Pisco, Peru, Lina Medina adalah ibu muda yang pernah tercatat dalam sejarah. Ia mengalami menarche atau menstruasi pertama pada usia 8 bulan, pembesaran payudara usia 4 tahun dan melahirkan pada usia 5 tahun.
Pada tahun 1939, di sebuah rumah sakit di Pisco Peru, datang seorang wanita keturunan India dengan wajah lelah dan pakaian compang-camping dari kaki bukit Andes. Dia dituntun oleh tangan seorang gadis kecil pemalu dengan perut yang sangat menonjol.
Menunjuk pada gadis kecil yang ketakutan, wanita India tersebut memohon kepada dokter bedah Dr Geraldo Lozada untuk mengusir roh-roh jahat yang menguasai diri si gadis kecil.
Awalnya Dr Lozada mengira gadis kecil yang bernama Lina Medina itu menderita tumor perut. Namun betapa terkejutnya ketika diperiksa diketahui bahwa Lina tengah hamil 8 bulan, yang membuat gadis kecil usia 5 tahun tersebut menjadi ibu termuda di dunia yang pernah ada, seperti dilansir Huffingtonpost dan Oddee, Kamis (24/11/2011).
Dr Lozada membawanya ke Lima, ibukota Peru, untuk mengkonfirmasi pada dokter spesialis lain bahwa Lina benar-benar sedang hamil. Satu setengah bulan kemudian, pada 14 Mei 1939, Lina melahirkan anak laki-laki dengan operasi caesar karena panggulnya yang kecil. Operasi dilakukan oleh Dr Lozada dan Dr Busalleu dan Dr Colretta yang memberikan anestesi.
Kasusnya dilaporkan secara detail oleh Dr Edmundo Escomel ke La Presse Medicale, bersama dengan rincian tambahan bahwa Lina telah mengalami menarche pada usia 8 bulan, perkembangan payudara pada usia 4 tahun. Pada usia 5 tahun Lina sudah mengalami pelebaran tulang panggul dan pematangan tulang.
Anak Lina lahir dengan berat 2,7 kg dan diberi nama Gerardo. Saat tumbuh besar, Gerardo percaya bahwa Lina adalah kakaknya, tetapi pada usia 10 tahun ia baru mengetahui bahwa Lina adalah ibunya. Ia tumbuh dengan sehat, namun si anak meninggal tahun 1979 pada usia 40 tahun karena penyakit di sumsum tulang.
Tidak ada bukti siapa yang menghamili Lina Medina. Lina pun tidak pernah mengungkapkan siapa ayah dari anaknya. Ayah Lina pernah ditangkap atas dugaan pemerkosaan dan inses, namun kemudian dibebaskan karena kurangnya bukti.
Lina Medina kemudian menikah dengan Raul Jurado, yang menjadi ayah dari anak keduanya pada tahun 1972. Mereka tinggal di sebuah distrik miskin di Lima yang dikenal sebagai Chicago Chico (Little Chicago).
Meskipun kasus ini disebut bohong (hoax) oleh beberapa orang, namun sejumlah dokter telah memverifikasi selama bertahun-tahun berdasarkan biopsi, sinar X kerangka janin dalam rahim, serta foto-foto yang diambil oleh dokter yang merawatnya.
Pubertas prekoks (pubertas dini pada anak) ekstrem yang terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun memang sangat jarang tetapi bukan tidak pernah terjadi. Kehamilan dan persalinan pada anak kecil juga masih sangat jarang karena pubertas prekoks sangat diperlakukan untuk menekan kesuburan, mempertahankan potensi pertumbuhan dan mengurangi konsekuensi sosial dari perkembangan seksual di masa kecil.
(mer/ir)
Sumber: artikel-menarik.com
READ MORE - IBU TERMUDA DALAM SEJARAH, MELAHIRKAN SAAT USIA 5 TAHUN
Pada tahun 1939, di sebuah rumah sakit di Pisco Peru, datang seorang wanita keturunan India dengan wajah lelah dan pakaian compang-camping dari kaki bukit Andes. Dia dituntun oleh tangan seorang gadis kecil pemalu dengan perut yang sangat menonjol.
Menunjuk pada gadis kecil yang ketakutan, wanita India tersebut memohon kepada dokter bedah Dr Geraldo Lozada untuk mengusir roh-roh jahat yang menguasai diri si gadis kecil.
Awalnya Dr Lozada mengira gadis kecil yang bernama Lina Medina itu menderita tumor perut. Namun betapa terkejutnya ketika diperiksa diketahui bahwa Lina tengah hamil 8 bulan, yang membuat gadis kecil usia 5 tahun tersebut menjadi ibu termuda di dunia yang pernah ada, seperti dilansir Huffingtonpost dan Oddee, Kamis (24/11/2011).
Dr Lozada membawanya ke Lima, ibukota Peru, untuk mengkonfirmasi pada dokter spesialis lain bahwa Lina benar-benar sedang hamil. Satu setengah bulan kemudian, pada 14 Mei 1939, Lina melahirkan anak laki-laki dengan operasi caesar karena panggulnya yang kecil. Operasi dilakukan oleh Dr Lozada dan Dr Busalleu dan Dr Colretta yang memberikan anestesi.
Kasusnya dilaporkan secara detail oleh Dr Edmundo Escomel ke La Presse Medicale, bersama dengan rincian tambahan bahwa Lina telah mengalami menarche pada usia 8 bulan, perkembangan payudara pada usia 4 tahun. Pada usia 5 tahun Lina sudah mengalami pelebaran tulang panggul dan pematangan tulang.
Anak Lina lahir dengan berat 2,7 kg dan diberi nama Gerardo. Saat tumbuh besar, Gerardo percaya bahwa Lina adalah kakaknya, tetapi pada usia 10 tahun ia baru mengetahui bahwa Lina adalah ibunya. Ia tumbuh dengan sehat, namun si anak meninggal tahun 1979 pada usia 40 tahun karena penyakit di sumsum tulang.
Tidak ada bukti siapa yang menghamili Lina Medina. Lina pun tidak pernah mengungkapkan siapa ayah dari anaknya. Ayah Lina pernah ditangkap atas dugaan pemerkosaan dan inses, namun kemudian dibebaskan karena kurangnya bukti.
Lina Medina kemudian menikah dengan Raul Jurado, yang menjadi ayah dari anak keduanya pada tahun 1972. Mereka tinggal di sebuah distrik miskin di Lima yang dikenal sebagai Chicago Chico (Little Chicago).
Meskipun kasus ini disebut bohong (hoax) oleh beberapa orang, namun sejumlah dokter telah memverifikasi selama bertahun-tahun berdasarkan biopsi, sinar X kerangka janin dalam rahim, serta foto-foto yang diambil oleh dokter yang merawatnya.
Pubertas prekoks (pubertas dini pada anak) ekstrem yang terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun memang sangat jarang tetapi bukan tidak pernah terjadi. Kehamilan dan persalinan pada anak kecil juga masih sangat jarang karena pubertas prekoks sangat diperlakukan untuk menekan kesuburan, mempertahankan potensi pertumbuhan dan mengurangi konsekuensi sosial dari perkembangan seksual di masa kecil.
(mer/ir)
Sumber: artikel-menarik.com
SUSAH TIDUR ATAU INSOMNIA? INI TIPS MENARIK NYA
Lupakan susu panas atau teh camomile jika Anda tak bisa tidur di malam hari, kini cobalah segelas jus ceri.
Ilmuwan mengklaim konsumsi jus buah bervitamin c ini ternyata dapat meningkatkan kualitas dan durasi tidur dengan baik, meskipun mempunyai rasa yang asam.
Dalam percobaan yang dilakukan ilmuwan dari Centre for Sleep Research, School of Life Sciences partisipan yang minum jus ceri tidak hanya tidur lebih lama, tetapi juga memiliki kualitas tidur yang baik.
Ini terlihat ketika sekelompok sukarelawan tersebut diberi porsi 30ml jus ceri tart atau jus plasebo dua kali sehari selama tujuh hari dan dilengkapi dengan sensor untuk memonitor pola tidur mereka.
Para peserta yang mengkonsumsi jus ceri terlihat mengalami peningkatan sekitar 25 menit di waktu tidur total dan peningkatan 6 persen dalam kualitas tidur mereka.
"Temuan ini dapat bermanfaat bagi mereka yang sulit tidur karena pekerjaan, insomnia, atau jet lag. Ini karena jus ceri mengandung melatonin yang cukup untuk merespon tidur yang sehat" jelas salah satu peneliti Dr Jason Ellis.(fen)
sumber: artikel-menarik.com
READ MORE - SUSAH TIDUR ATAU INSOMNIA? INI TIPS MENARIK NYA
Ilmuwan mengklaim konsumsi jus buah bervitamin c ini ternyata dapat meningkatkan kualitas dan durasi tidur dengan baik, meskipun mempunyai rasa yang asam.
Dalam percobaan yang dilakukan ilmuwan dari Centre for Sleep Research, School of Life Sciences partisipan yang minum jus ceri tidak hanya tidur lebih lama, tetapi juga memiliki kualitas tidur yang baik.
Ini terlihat ketika sekelompok sukarelawan tersebut diberi porsi 30ml jus ceri tart atau jus plasebo dua kali sehari selama tujuh hari dan dilengkapi dengan sensor untuk memonitor pola tidur mereka.
Para peserta yang mengkonsumsi jus ceri terlihat mengalami peningkatan sekitar 25 menit di waktu tidur total dan peningkatan 6 persen dalam kualitas tidur mereka.
"Temuan ini dapat bermanfaat bagi mereka yang sulit tidur karena pekerjaan, insomnia, atau jet lag. Ini karena jus ceri mengandung melatonin yang cukup untuk merespon tidur yang sehat" jelas salah satu peneliti Dr Jason Ellis.(fen)
sumber: artikel-menarik.com
Kemiskinan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan
Kita semua menyadari bahwa kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya tetapi masih banyak kita temui permukiman masyarakat miskin hampir setiap sudut kota. Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai permukiman masyarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan.
Tulisan ini mencoba untuk memberikan penjelasan tentang upaya untuk mengatasi kemiskinan di perkotaan sekaligus pula untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman masyarakat miskin.
Peremajaan Kota
Pendekatan konvensional yang paling populer adalah menggusur permukiman kumuh dan kemudian diganti oleh kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih bermartabat. Cara seperti ini yang sering disebut pula sebagai peremajaan kota bukanlah cara yang berkelanjutan untuk menghilangkan kemiskinan dari perkotaan.
Kemiskinan dan kualitas lingkungan yang rendah adalah hal yang mesti dihilangkan tetapi tidak dengan menggusur masyarakat telah bermukim lama di lokasi tersebut. Menggusur adalah hanya sekedar memindahkan kemiskinan dari lokasi lama ke lokasi baru dan kemiskinan tidak berkurang. Bagi orang yang tergusur malahan penggusuran ini akan semakin menyulitkan kehidupan mereka karena mereka mesti beradaptasi dengan lokasi permukimannya yang baru.
Di Amerika Serikat, pendekatan peremajaan kota sering digunakan pada tahun 1950 dan 1960-an. Pada saat itu permukiman-permukiman masyarakat miskin di pusat kota digusur dan diganti dengan kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih baik. Peremajaan kota ini menciptakan kondisi fisik perkotaan yang lebih baik tetapi sarat dengan masalah sosial. Kemiskinan hanya berpindah saja dan masyarakat miskin yang tergusur semakin sulit untuk keluar dari kemiskinan karena akses mereka terhadap pekerjaan semakin sulit.
Peremajaan kota yang dilakukan pada saat itu sering disesali oleh para ahli perkotaan saat ini karena menyebabkan timbulnya masalah sosial seperti kemiskinan perkotaan yang semakin akut, gelandangan dan kriminalitas. Menyadari kesalahan yang dilakukan masa lalu, pada awal tahun 1990-an kota-kota di Amerika Serikat lebih banyak melibatkan masyarakat miskin dalam pembangunan perkotaannya dan tidak lagi menggusur mereka untuk menghilangkan kemiskinan di perkotaan.
Aktivitas Hijau oleh Masyarakat Miskin
Paling sedikit saya menemukan dua masyarakat miskin di Jakarta yang melakukan aktivitas hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan sembari menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat miskin. Seperti dapat ditemui di Indonesia’s Urban Studies, masyarakat di Penjaringan, Jakarta Utara dan masyarakat kampung Toplang di Jakarta Barat mereka mengelola sampah untuk dijadikan kompos dan memilah sampah nonorganik untuk dijual.
Aktivitas hijau di Penjaringan, Jakarta Utara dilakukan melalui program Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri yang diprakarsai oleh Mercy Corps Indonesia. Masyarakat miskin di Penjaringan terlibat aktif tanpa terlalu banyak intervensi dari Mercy Corps Indonesia. Program berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan kumuh di Penjaringan. Masyarakat di Penjaringan sangat antusias untuk melakukan kegiatan ini dan mereka yakin untu mampu mendaurlang sampah di lingkungannya dan menjadikannya sebagai lapangan pekerjaan yang juga akan berkontribusi untuk mengentaskan kemiskinan di lingkungannya.
Sementara itu aktivitas hijau di kampung Toplang, Jakarta Barat diprakarsai oleh dua orang pemuda kampung tersebut yang juga adalah aktivis Urban Poor Consortium dan mengetahui bisnis pendaurulangan sampah. Kedua orang ini mampu meyakinkan rekan-rekan di kampungnya untuk melakukan kegiatan daur ulang sampah. Seperti yang terjadi di Penjaringan, masyarakat kampung Toplang mendukung penuh dan antusias terhadap bisnis pendaurulangan sampah ini. Malahan mereka optimis bahwa kegiatan mereka juga dapat mendaurulang sampah dari luar kampung mereka dan menciptakan lebih banyak pendapatan bagi masyarakat kampung Toplang.
Kedua aktivitas hijau tersebut adalah wujud pemberdayaan masyarakat miskin untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan sekaligus mengentaskan kemiskinan. Peranan Mercy Corps Indonesia yang memprakarsai program Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri di Penjaringan, Jakarta Utara dan dua orang aktivis pemuda asal kampung Toplang yang memprakarsai aktivitas hijau di kampung Toplang adalah sangat vital dalam upaya pemberdayaan masyarakat ini. Tanpa inisiatif mereka, pemberdayaan masyarakat miskin tidak akan terjadi dan kemiskinan tetaplah menjadi masalah di kedua permukiman kumuh tersebut.
Penutup
Cara untuk mengatasi kemiskinan dan rendahnya kualitas lingkungan permukiman masyarakat miskin adalah tidak dengan menggusurnya. Penggusuran hanyalah menciptakan masalah sosial perkotaan yang semakin akut dan pelik. Penggusuran atau sering diistilahkan sebagai peremajaan kota adalah cara yang tidak berkelanjutan dalam mengatasi kemiskinan.
Aktivitas hijau seperti yang dilakukan oleh masyarakat Penjaringan dan Kampung Toplang merupakan bukti kuat bahwa masyarakat miskin mampu meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan juga mengentaskan kemiskinan. Masyarakat miskin adalah salah satu komponen dalam komunitas perkotaan yang mesti diberdayakan dan bukannya digusur. Solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi kemiskinan dan permukiman kumuh di perkotaan adalah pemberdayaan masyarakat miskin dan bukanlah penggusuran
Sumber : http://www.jakartabutuhrevolusibudaya.com/
READ MORE - Kemiskinan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan
Tulisan ini mencoba untuk memberikan penjelasan tentang upaya untuk mengatasi kemiskinan di perkotaan sekaligus pula untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman masyarakat miskin.
Peremajaan Kota
Pendekatan konvensional yang paling populer adalah menggusur permukiman kumuh dan kemudian diganti oleh kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih bermartabat. Cara seperti ini yang sering disebut pula sebagai peremajaan kota bukanlah cara yang berkelanjutan untuk menghilangkan kemiskinan dari perkotaan.
Kemiskinan dan kualitas lingkungan yang rendah adalah hal yang mesti dihilangkan tetapi tidak dengan menggusur masyarakat telah bermukim lama di lokasi tersebut. Menggusur adalah hanya sekedar memindahkan kemiskinan dari lokasi lama ke lokasi baru dan kemiskinan tidak berkurang. Bagi orang yang tergusur malahan penggusuran ini akan semakin menyulitkan kehidupan mereka karena mereka mesti beradaptasi dengan lokasi permukimannya yang baru.
Di Amerika Serikat, pendekatan peremajaan kota sering digunakan pada tahun 1950 dan 1960-an. Pada saat itu permukiman-permukiman masyarakat miskin di pusat kota digusur dan diganti dengan kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih baik. Peremajaan kota ini menciptakan kondisi fisik perkotaan yang lebih baik tetapi sarat dengan masalah sosial. Kemiskinan hanya berpindah saja dan masyarakat miskin yang tergusur semakin sulit untuk keluar dari kemiskinan karena akses mereka terhadap pekerjaan semakin sulit.
Peremajaan kota yang dilakukan pada saat itu sering disesali oleh para ahli perkotaan saat ini karena menyebabkan timbulnya masalah sosial seperti kemiskinan perkotaan yang semakin akut, gelandangan dan kriminalitas. Menyadari kesalahan yang dilakukan masa lalu, pada awal tahun 1990-an kota-kota di Amerika Serikat lebih banyak melibatkan masyarakat miskin dalam pembangunan perkotaannya dan tidak lagi menggusur mereka untuk menghilangkan kemiskinan di perkotaan.
Aktivitas Hijau oleh Masyarakat Miskin
Paling sedikit saya menemukan dua masyarakat miskin di Jakarta yang melakukan aktivitas hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan sembari menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat miskin. Seperti dapat ditemui di Indonesia’s Urban Studies, masyarakat di Penjaringan, Jakarta Utara dan masyarakat kampung Toplang di Jakarta Barat mereka mengelola sampah untuk dijadikan kompos dan memilah sampah nonorganik untuk dijual.
Aktivitas hijau di Penjaringan, Jakarta Utara dilakukan melalui program Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri yang diprakarsai oleh Mercy Corps Indonesia. Masyarakat miskin di Penjaringan terlibat aktif tanpa terlalu banyak intervensi dari Mercy Corps Indonesia. Program berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan kumuh di Penjaringan. Masyarakat di Penjaringan sangat antusias untuk melakukan kegiatan ini dan mereka yakin untu mampu mendaurlang sampah di lingkungannya dan menjadikannya sebagai lapangan pekerjaan yang juga akan berkontribusi untuk mengentaskan kemiskinan di lingkungannya.
Sementara itu aktivitas hijau di kampung Toplang, Jakarta Barat diprakarsai oleh dua orang pemuda kampung tersebut yang juga adalah aktivis Urban Poor Consortium dan mengetahui bisnis pendaurulangan sampah. Kedua orang ini mampu meyakinkan rekan-rekan di kampungnya untuk melakukan kegiatan daur ulang sampah. Seperti yang terjadi di Penjaringan, masyarakat kampung Toplang mendukung penuh dan antusias terhadap bisnis pendaurulangan sampah ini. Malahan mereka optimis bahwa kegiatan mereka juga dapat mendaurulang sampah dari luar kampung mereka dan menciptakan lebih banyak pendapatan bagi masyarakat kampung Toplang.
Kedua aktivitas hijau tersebut adalah wujud pemberdayaan masyarakat miskin untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan sekaligus mengentaskan kemiskinan. Peranan Mercy Corps Indonesia yang memprakarsai program Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri di Penjaringan, Jakarta Utara dan dua orang aktivis pemuda asal kampung Toplang yang memprakarsai aktivitas hijau di kampung Toplang adalah sangat vital dalam upaya pemberdayaan masyarakat ini. Tanpa inisiatif mereka, pemberdayaan masyarakat miskin tidak akan terjadi dan kemiskinan tetaplah menjadi masalah di kedua permukiman kumuh tersebut.
Penutup
Cara untuk mengatasi kemiskinan dan rendahnya kualitas lingkungan permukiman masyarakat miskin adalah tidak dengan menggusurnya. Penggusuran hanyalah menciptakan masalah sosial perkotaan yang semakin akut dan pelik. Penggusuran atau sering diistilahkan sebagai peremajaan kota adalah cara yang tidak berkelanjutan dalam mengatasi kemiskinan.
Aktivitas hijau seperti yang dilakukan oleh masyarakat Penjaringan dan Kampung Toplang merupakan bukti kuat bahwa masyarakat miskin mampu meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan juga mengentaskan kemiskinan. Masyarakat miskin adalah salah satu komponen dalam komunitas perkotaan yang mesti diberdayakan dan bukannya digusur. Solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi kemiskinan dan permukiman kumuh di perkotaan adalah pemberdayaan masyarakat miskin dan bukanlah penggusuran
Sumber : http://www.jakartabutuhrevolusibudaya.com/
Keberadaan Kaum HOMOSEKS Salah Satu Contoh FENOMENA SOSIAL
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Seorang individu akan memerlukan orang lain dalam menghabiskan sebagian besar masa hidupnya dengan berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, individu harus memperhatikan tuntutan dan harapan sosial terhadap perilaku yang ia lakukan di lingkungan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Seorang
individu harus membuat suatu kesepakatan atau kompromi antara kebutuhan atau keinginan dirinya dengan tuntutan dan harapan sosial yang ada sehingga seorang individu dapat merasakan kepuasan dalam hidupnya, hal ini dapat dilakukan dengan cara bila seorang individu ingin diterima dalam suatu masyarakat, maka dia harus bertingkah laku seperti yang masyarakat lakukan tempat tersebut. Dengan kata lain, individu dituntut untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan sosialnya.
Hubungan yang terjadi antar individu tersebut dapat berupa hubungan
pertemanan, persahabatan, persaudaraan atau bahkan hubungan yang mengarah pada suatu hubungan khusus yang bersifat pribadi. Pada umumnya, hubungan yang khusus dan bersifat pribadi ini atau lebih dikenal dengan istilah “pacaran” dapat terjadi di antara individu yang berjenis kelamin laki-laki dengan individu yang berjenis kelamin
perempuan. Hubungan ini biasanya bertujuan untuk lebih mengenal antara satu sama lain hingga akan tercapai suatu kesamaan tujuan yang membuat dua individu dapat bersatu dalam suatu ikatan yang disebut dengan ikatan pernikahan. Akan tetapi kenyataan yang saat ini berkembang di kalangan masyarakat umum sangat bertentangan dengan apa yang selama ini diketahui.
Definisi pacaran adalah hubungan antara lakilaki dengan perempuan, dan anggapan itu saat ini sudah luntur, karena realita yang ada dihadapkan pada suatu kenyataan yang menyebutkan bahwa hubungan yang khusus dan
bersifat pribadi tersebut kini bukan hanya terjadi antara laki-laki dengan perempuan saja, tetapi terjadi juga antara laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan yang disebut sebagai “kaum homoseks”. Keberadaan kaum homoseks merupakan suatu fenomena sosial yang saat ini ada di sekitar masyarakat Indonesia pada umumnya..
Homoseksual adalah seseorang yang memilih relasi seks pada jenis kelamin yang sama, seorang laki-laki akan memilih laki-laki sebagai pasangan dalam relasi seksualnya, begitu pula dengan perempuan memilih perempuan sebagai relasi seksnya. Keberadaan mereka tidak dapat dipungkiri dan menjadi semakin tajam karena ada keterbukaan dalam mengungkap jati diri mengenai siapa mereka sebenarnya. Hubungan yang terjadi pada kaum homoseksual adalah sebuah hubungan yang bersifat erotis dan mengacu pada perilaku seksual.
Sebuah riset penelitian pada sebuah institut di Amsterdam, Nederlands Institute of Neuroscience mengenai seksualitas dan biologi. Diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan biologis antara kaum homoseksual dan heteroseksual. Semisal pada anatomi otaknya (Swaab, 1990 ; Le-Vay, 1991) dan ekspresi genetik dan metabolik di dalam tubuh mereka.
Dalam hal ini, pria homoseks dikenal dengan sebutan “gay”, dan wanita
homoseks dikenal dengan sebutan “lesbi”. Untuk saat ini, kaum gay-lah yang banyak disoroti oleh masyarakat karena perilaku kaum gay terlihat sangat tidak wajar dibandingkan perilaku kaum lesbi. Orang akan menilai wajar apabila melihat dua orang wanita yang saling bergandengan mesra bahkan bila melihat sepasang wanita saling berciuman pipi di tempat umum. Perilaku tersebut akan dinilai lain apabila dilakukan oleh sepasang laki-laki, orang awam akan merasa risih atau heran dengan perilaku mereka, bahkan tak jarang hal ini akan menjadi buah bibir dan bahan cemoohan bagi masyarakat kebanyakan.
Meskipun begitu, nampaknya kaum homoseks tidak lagi malu-malu
dalam mengakui jati diri mereka, hal ini terbukti dengan berdirinya Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara (KKLGN) pada tanggal 1 Agustus 1987, oleh Dede Oetomo beserta pasangannya Rudy Mustapha. KKLGN menjadi suatu organisasi gay dan lesbi yang bertujuan utama agar kaum gay, lesbi, dan waria dapat diterima sebagai kelompok yang hak dan kewajibannya sama dengan kaum heteroseksual di masyarakat Indonesia.
Permasalahan yang tengah dihadapi oleh kaum homoseks khususnya kaum gay di Indonesia adalah mengenai keberadaannya yang masih terasa asing di lingkungan masyarakat umum. Kebanyakan dari masyarakat akan menganggap bahwa gay adalah suatu aib yang memalukan keluarga dan anggapan bahwa kaum gay adalah kaum yang menyebabkan munculnya penyakit AIDS. Namun kenyataannya, sampai saat ini kaum gay tetap berjuang menunjukkan eksistensi dirinya serta melawan diskriminasi social yang terus-menerus muncul di sekitarnya. Kaum gay banyak dijumpai di kota-kota metropolitan seperti Surabaya, Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Palembang, Batam dan Bali.
Menurut sebuah riset penelitian di Universitas Wangsa Manggala mengenai keberadaan kaum gay pada berbagai kota, komunitas gay paling banyak dapat dijumpai di Jakarta dan peringkat kedua komunitas gay banyak dijumpai di Yogyakarta. Di dalam setiap kota, terdapat komunitas yang khusus didirikan oleh dan untuk para gay. Walaupun berbeda nama komunitas, tiap-tiap komunitas dalam setiap kota tetap saling berhubungan dan bertukar informasi mengenai perkembangan fenomena gay pada daerahnya masing-masing (Fahry, dalam Bulletin GAYa Nusantara, 1999). Yogyakarta merupakan kota yang menduduki peringkat kedua dalam halbanyaknya komunitas gay yang terdapat di sana.
Di sisi lain Yogyakarta adalah merupakan suatu kota yang sangat kental akan budaya Jawa dan sangat menjunjung tinggi adat istiadat, di mana dalam budaya Jawa sendiri apa yang dilakukan oleh kaum gay merupakan suatu perilaku yang sangat tabu dan bertentangan dengan adat dan kebiasaan serta norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat Jawa pada umumnya dan masyarakat Yogyakarta pada khususnya. Namun kenyataannya, seperti yang dapat dilihat sekarang komunitas gay yang berada di sini cenderung dapat mengekspresikan keabnormalan mereka dalam suatu wadah yang makin lama makin besar. Para gay mendapatkan kebebasan dalam menentukan apa yang akan mereka lakukan demi mempertahankan eksistensi komunitas mereka. Mereka memerlukan suatu strategi yang dapat mereka terapkan agar keberadaan mereka dapat diterima oleh masyarakat Yogyakarta yang notabene termasuk masyarakat yang sangat menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat.
Sampai tahun 1999, kehidupan para gay di Yogyakarta masih sangat tertutupdan tabu oleh masyarakat, akan tetapi saat ini fenomena adanya kaum gay di Yogyakarta makin menjamur. Atmosfer kota Yogyakarta sangat mendukung meluasnya keberadaan para gay. Hal ini disebabkan karena masyarakat Yogyakarta saat ini banyak didominasi oleh warga pendatang atau mahasiswa yang berasal dari bermacam-macam daerah di Indonesia bahkan dari Negara lain, sehingga dapat dikatakan bahwa Yogyakarta merupakan suatu bentuk Indonesia mini karena di dalamnya terdapat berbagai macam model dan jenis orang di mana mereka berasal dari latar belakang dan adat istiadat serta kebisaan yamg berbeda. Banyaknya orang dari berbagai daerah tersebut, maka di Yogyakarta banyak terdapat tempat kos dan klub malam. Kedua tempat tersebut dapat menjadi awal dari perkembangan dan meluasnya fenomena gay di Yogyakarta. Karena suatu komunitas gay dapat melakukan acara berkumpul bersama bahkan mengadakan arisan di tempat seperti itu (Hidayat, 2008, dikutip secara on-line dari Cerita Gay dari Yogyakarta). Sebenarnya komunitas para gay di Yogyakarta sudah
ada sejak tahun 1985 di mana kaum gay di Yogyakarta mendirikan Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY) dan mendeklarasikan bahwa di bulan maret adalah merupakan bulan solidaritas lesbian dan gay Indonesia, dan pendeklarasian itu dilakukan oleh Indonesian Gay Society (IGS) dan Lembaga Indonesian Perancis (Bunch, 2007, dikutip secara online dari Pesta Gay).
Berbeda dengan kaum waria yang keberadaannya sudah diakui dan diterima olehmasyarakat serta mereka telah bebas menunjukkan jati dirinya, kaum gay merasa di satu sisi mereka belum mendapat tempat di dalam masyarakat. Belum adanya penerimaan dari masyarakat tersebut membuat kaum gay cenderung tertutup. Kebanyakan dari mereka hidup dalam kepura-puraan agar dapat dianggap normal. Kaum gay dianggap bertentangan dengan konsep ketimuran pada budaya Indonesia dan kehidupan yang agamis, di mana semuanya itu menjadi halangan para kaum gay untuk bersosialisasi dan bergaul dengan masyarakat. Gay sangat identik dengan dosa, penyakit, serta kelainan jiwa. Hal inilah yang membuat kaum gay merasa kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat, di mana telah muncul anggapan bahwa kaum gay adalah kaum yang memiliki sisi negatif, dan hal ini membuat mereka semakin menutup diri (Fahry dalam Bulletin GAYa Nusantara, 1999). Ada gay yang lebih terbuka dalam pengungkapan jati dirinya di depan masyarakat umum. Pada awalnya, mereka akan mulai terbuka dengan orang terdekatnya terlebih dahulu sebelum dengan masyarakat di sekitarnya. Respon yang biasanya didapat oleh para gay dapat berupa penerimaan atas keadaan dirinya ataupun juga berupa ejekan dari orang-orang yang belum bisa menerima keadaan mereka sebagai seorang gay (Bunch, 2007, dikutip secara on-line dari Pesta Gay). Untuk itulah kaum gay memiliki tantangan yang berat dalam proses penyesuaian dirinya dengan lingkungan, khususnya dalam lingkungan masyarakat Yogyakarta. Penyesuaian diri merupakan aspek yang penting dalam kehidupan individu
maupun kehidupan sosial.
Dalam psikologi, penyesuaian diri tersebut biasa disebut dengan strategi coping. Strategi coping adalah suatu proses atau cara untuk mengelola dan mengolah tekanan atau tuntutan baik secara eksternal maupun internal, yang terdiri dari usaha, baik tindakan nyata maupun tindakan dalam bentuk intrapsikis (Lazarus, Launier, dan Folkman dalam Taylor, 1999). Strategi coping yang merupakan respon individu terhadap tekanan yang dihadapi secara garis besar dibedakan dalam dua bentuk
(Lazarus dan Folkman dalam Smeet, 1994) yaitu Problem Focused Coping (PFC) dan Emotional Focused Coping (EFC). Dimana Problem Focused Coping (PFC) adalah stategi yang dilakukan oleh individu dengan cara menghadapinya secara langsung sumber penyebab masalah, sedangkan Emotional Focused Coping (EFC) adalah strategi yang dilakukan individu untuk menghadapi masalah yang lebih berorientasi pada emosi
individu yang disebabkan dari tekanan-tekanan yang muncul dari lingkungan sosialnya, dalam hal ini tekanan muncul dari masyarakat Yogyakarta yang sangat kental dengan adat ketimuran. Masyarakat Yogyakarta pada umumnya, saat ini dihadapkan dengan makin meluasnya fenomena gay di kota Yogyakarta.
READ MORE - Keberadaan Kaum HOMOSEKS Salah Satu Contoh FENOMENA SOSIAL
individu harus membuat suatu kesepakatan atau kompromi antara kebutuhan atau keinginan dirinya dengan tuntutan dan harapan sosial yang ada sehingga seorang individu dapat merasakan kepuasan dalam hidupnya, hal ini dapat dilakukan dengan cara bila seorang individu ingin diterima dalam suatu masyarakat, maka dia harus bertingkah laku seperti yang masyarakat lakukan tempat tersebut. Dengan kata lain, individu dituntut untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan sosialnya.
Hubungan yang terjadi antar individu tersebut dapat berupa hubungan
pertemanan, persahabatan, persaudaraan atau bahkan hubungan yang mengarah pada suatu hubungan khusus yang bersifat pribadi. Pada umumnya, hubungan yang khusus dan bersifat pribadi ini atau lebih dikenal dengan istilah “pacaran” dapat terjadi di antara individu yang berjenis kelamin laki-laki dengan individu yang berjenis kelamin
perempuan. Hubungan ini biasanya bertujuan untuk lebih mengenal antara satu sama lain hingga akan tercapai suatu kesamaan tujuan yang membuat dua individu dapat bersatu dalam suatu ikatan yang disebut dengan ikatan pernikahan. Akan tetapi kenyataan yang saat ini berkembang di kalangan masyarakat umum sangat bertentangan dengan apa yang selama ini diketahui.
Definisi pacaran adalah hubungan antara lakilaki dengan perempuan, dan anggapan itu saat ini sudah luntur, karena realita yang ada dihadapkan pada suatu kenyataan yang menyebutkan bahwa hubungan yang khusus dan
bersifat pribadi tersebut kini bukan hanya terjadi antara laki-laki dengan perempuan saja, tetapi terjadi juga antara laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan yang disebut sebagai “kaum homoseks”. Keberadaan kaum homoseks merupakan suatu fenomena sosial yang saat ini ada di sekitar masyarakat Indonesia pada umumnya..
Homoseksual adalah seseorang yang memilih relasi seks pada jenis kelamin yang sama, seorang laki-laki akan memilih laki-laki sebagai pasangan dalam relasi seksualnya, begitu pula dengan perempuan memilih perempuan sebagai relasi seksnya. Keberadaan mereka tidak dapat dipungkiri dan menjadi semakin tajam karena ada keterbukaan dalam mengungkap jati diri mengenai siapa mereka sebenarnya. Hubungan yang terjadi pada kaum homoseksual adalah sebuah hubungan yang bersifat erotis dan mengacu pada perilaku seksual.
Sebuah riset penelitian pada sebuah institut di Amsterdam, Nederlands Institute of Neuroscience mengenai seksualitas dan biologi. Diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan biologis antara kaum homoseksual dan heteroseksual. Semisal pada anatomi otaknya (Swaab, 1990 ; Le-Vay, 1991) dan ekspresi genetik dan metabolik di dalam tubuh mereka.
Dalam hal ini, pria homoseks dikenal dengan sebutan “gay”, dan wanita
homoseks dikenal dengan sebutan “lesbi”. Untuk saat ini, kaum gay-lah yang banyak disoroti oleh masyarakat karena perilaku kaum gay terlihat sangat tidak wajar dibandingkan perilaku kaum lesbi. Orang akan menilai wajar apabila melihat dua orang wanita yang saling bergandengan mesra bahkan bila melihat sepasang wanita saling berciuman pipi di tempat umum. Perilaku tersebut akan dinilai lain apabila dilakukan oleh sepasang laki-laki, orang awam akan merasa risih atau heran dengan perilaku mereka, bahkan tak jarang hal ini akan menjadi buah bibir dan bahan cemoohan bagi masyarakat kebanyakan.
Meskipun begitu, nampaknya kaum homoseks tidak lagi malu-malu
dalam mengakui jati diri mereka, hal ini terbukti dengan berdirinya Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara (KKLGN) pada tanggal 1 Agustus 1987, oleh Dede Oetomo beserta pasangannya Rudy Mustapha. KKLGN menjadi suatu organisasi gay dan lesbi yang bertujuan utama agar kaum gay, lesbi, dan waria dapat diterima sebagai kelompok yang hak dan kewajibannya sama dengan kaum heteroseksual di masyarakat Indonesia.
Permasalahan yang tengah dihadapi oleh kaum homoseks khususnya kaum gay di Indonesia adalah mengenai keberadaannya yang masih terasa asing di lingkungan masyarakat umum. Kebanyakan dari masyarakat akan menganggap bahwa gay adalah suatu aib yang memalukan keluarga dan anggapan bahwa kaum gay adalah kaum yang menyebabkan munculnya penyakit AIDS. Namun kenyataannya, sampai saat ini kaum gay tetap berjuang menunjukkan eksistensi dirinya serta melawan diskriminasi social yang terus-menerus muncul di sekitarnya. Kaum gay banyak dijumpai di kota-kota metropolitan seperti Surabaya, Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Palembang, Batam dan Bali.
Menurut sebuah riset penelitian di Universitas Wangsa Manggala mengenai keberadaan kaum gay pada berbagai kota, komunitas gay paling banyak dapat dijumpai di Jakarta dan peringkat kedua komunitas gay banyak dijumpai di Yogyakarta. Di dalam setiap kota, terdapat komunitas yang khusus didirikan oleh dan untuk para gay. Walaupun berbeda nama komunitas, tiap-tiap komunitas dalam setiap kota tetap saling berhubungan dan bertukar informasi mengenai perkembangan fenomena gay pada daerahnya masing-masing (Fahry, dalam Bulletin GAYa Nusantara, 1999). Yogyakarta merupakan kota yang menduduki peringkat kedua dalam halbanyaknya komunitas gay yang terdapat di sana.
Di sisi lain Yogyakarta adalah merupakan suatu kota yang sangat kental akan budaya Jawa dan sangat menjunjung tinggi adat istiadat, di mana dalam budaya Jawa sendiri apa yang dilakukan oleh kaum gay merupakan suatu perilaku yang sangat tabu dan bertentangan dengan adat dan kebiasaan serta norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat Jawa pada umumnya dan masyarakat Yogyakarta pada khususnya. Namun kenyataannya, seperti yang dapat dilihat sekarang komunitas gay yang berada di sini cenderung dapat mengekspresikan keabnormalan mereka dalam suatu wadah yang makin lama makin besar. Para gay mendapatkan kebebasan dalam menentukan apa yang akan mereka lakukan demi mempertahankan eksistensi komunitas mereka. Mereka memerlukan suatu strategi yang dapat mereka terapkan agar keberadaan mereka dapat diterima oleh masyarakat Yogyakarta yang notabene termasuk masyarakat yang sangat menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat.
Sampai tahun 1999, kehidupan para gay di Yogyakarta masih sangat tertutupdan tabu oleh masyarakat, akan tetapi saat ini fenomena adanya kaum gay di Yogyakarta makin menjamur. Atmosfer kota Yogyakarta sangat mendukung meluasnya keberadaan para gay. Hal ini disebabkan karena masyarakat Yogyakarta saat ini banyak didominasi oleh warga pendatang atau mahasiswa yang berasal dari bermacam-macam daerah di Indonesia bahkan dari Negara lain, sehingga dapat dikatakan bahwa Yogyakarta merupakan suatu bentuk Indonesia mini karena di dalamnya terdapat berbagai macam model dan jenis orang di mana mereka berasal dari latar belakang dan adat istiadat serta kebisaan yamg berbeda. Banyaknya orang dari berbagai daerah tersebut, maka di Yogyakarta banyak terdapat tempat kos dan klub malam. Kedua tempat tersebut dapat menjadi awal dari perkembangan dan meluasnya fenomena gay di Yogyakarta. Karena suatu komunitas gay dapat melakukan acara berkumpul bersama bahkan mengadakan arisan di tempat seperti itu (Hidayat, 2008, dikutip secara on-line dari Cerita Gay dari Yogyakarta). Sebenarnya komunitas para gay di Yogyakarta sudah
ada sejak tahun 1985 di mana kaum gay di Yogyakarta mendirikan Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY) dan mendeklarasikan bahwa di bulan maret adalah merupakan bulan solidaritas lesbian dan gay Indonesia, dan pendeklarasian itu dilakukan oleh Indonesian Gay Society (IGS) dan Lembaga Indonesian Perancis (Bunch, 2007, dikutip secara online dari Pesta Gay).
Berbeda dengan kaum waria yang keberadaannya sudah diakui dan diterima olehmasyarakat serta mereka telah bebas menunjukkan jati dirinya, kaum gay merasa di satu sisi mereka belum mendapat tempat di dalam masyarakat. Belum adanya penerimaan dari masyarakat tersebut membuat kaum gay cenderung tertutup. Kebanyakan dari mereka hidup dalam kepura-puraan agar dapat dianggap normal. Kaum gay dianggap bertentangan dengan konsep ketimuran pada budaya Indonesia dan kehidupan yang agamis, di mana semuanya itu menjadi halangan para kaum gay untuk bersosialisasi dan bergaul dengan masyarakat. Gay sangat identik dengan dosa, penyakit, serta kelainan jiwa. Hal inilah yang membuat kaum gay merasa kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat, di mana telah muncul anggapan bahwa kaum gay adalah kaum yang memiliki sisi negatif, dan hal ini membuat mereka semakin menutup diri (Fahry dalam Bulletin GAYa Nusantara, 1999). Ada gay yang lebih terbuka dalam pengungkapan jati dirinya di depan masyarakat umum. Pada awalnya, mereka akan mulai terbuka dengan orang terdekatnya terlebih dahulu sebelum dengan masyarakat di sekitarnya. Respon yang biasanya didapat oleh para gay dapat berupa penerimaan atas keadaan dirinya ataupun juga berupa ejekan dari orang-orang yang belum bisa menerima keadaan mereka sebagai seorang gay (Bunch, 2007, dikutip secara on-line dari Pesta Gay). Untuk itulah kaum gay memiliki tantangan yang berat dalam proses penyesuaian dirinya dengan lingkungan, khususnya dalam lingkungan masyarakat Yogyakarta. Penyesuaian diri merupakan aspek yang penting dalam kehidupan individu
maupun kehidupan sosial.
Dalam psikologi, penyesuaian diri tersebut biasa disebut dengan strategi coping. Strategi coping adalah suatu proses atau cara untuk mengelola dan mengolah tekanan atau tuntutan baik secara eksternal maupun internal, yang terdiri dari usaha, baik tindakan nyata maupun tindakan dalam bentuk intrapsikis (Lazarus, Launier, dan Folkman dalam Taylor, 1999). Strategi coping yang merupakan respon individu terhadap tekanan yang dihadapi secara garis besar dibedakan dalam dua bentuk
(Lazarus dan Folkman dalam Smeet, 1994) yaitu Problem Focused Coping (PFC) dan Emotional Focused Coping (EFC). Dimana Problem Focused Coping (PFC) adalah stategi yang dilakukan oleh individu dengan cara menghadapinya secara langsung sumber penyebab masalah, sedangkan Emotional Focused Coping (EFC) adalah strategi yang dilakukan individu untuk menghadapi masalah yang lebih berorientasi pada emosi
individu yang disebabkan dari tekanan-tekanan yang muncul dari lingkungan sosialnya, dalam hal ini tekanan muncul dari masyarakat Yogyakarta yang sangat kental dengan adat ketimuran. Masyarakat Yogyakarta pada umumnya, saat ini dihadapkan dengan makin meluasnya fenomena gay di kota Yogyakarta.
Jaringan Telekomunikasi 4G LTE Lesatkan Pemakaian TV & Video Online
Jakarta - Implementasi jaringan selular 4G LTE (Long Term Evolution) membawa beberapa manfaat bagi end user. Dengan kecepatan internetngebut, streaming televisi dan video online di perangkat mobile bukan lagi kendala. Kedua layanan itu termasuk yang paling diminati pemakai ponsel yang sudah menikmati LTE.
Tentu saja fenomena itu terjadi di negara yang operator telekomunikasinya telah menerapkan 4G LTE. Di antaranya Amerika Serikat dan Swedia. Di Amerika Serikat, layanan rental video online yang dibesut perusahaan Netflix makin digandrungi di kalangan pengguna gadget mobile.
"Netflix ini memang sedang fenomenal di Amerika Serikat. Bahkan masyarakat di sana kini cenderung lebih memilih mengakses video online melalui Netflix ketimbang YouTube," kata Leslie Shannon, Head of Strategic Marketing Nokia Siemens Network wilayah Timur Tengah & Asia di Jakarta, Rabu (12/9/2011).
Netflix pun akan berekspansi ke pasar internasional dengan model bisnis penyewaan video online yang cukup distreaming ke perangkat. Memang kecepatan LTE yang mampu menembus sampai ratusan Mbps membuat streaming video atau televisi berjalan tanpa kendala.
"Menurut operator Telia Sonera di Swedia yang juga telah menerapkan teknologi LTE, televisi online menjadi salah satu layanan yang paling diminati," tambah Shannon.
Satu layanan lagi yang melesat berkat keberadaan LTE adalah game sosial berbasis mobile. Memang di Swedia, kecepatan LTE tercatat bisa sampai 102 Mbps. Telia Sonera sendiri adalah operator pertama yang melakukan komersialisasi layanan LTE.
Dengan keunggulan tersebut, Dharma menyebutkan, LTE bisa memberikan peluang besar bagi penyedia konten dan pasar pengguna internet di Indonesia. Pasalnya, dari data yang dikumpulkan, perilaku berinternet di Indonesia tidak jauh dari mobile game dan video streaming.
Lantas, bagaimana kesiapan jaringan di Indonesai untuk LTE ini?
Dan menurut saya di Indonesia, komersialisasi LTE oleh operator tampaknya belum akan terjadi dalam waktu dekat. Selain masalah penataan frekuensi, pemerintah tampaknya masih mengutamakan teknologi WiMax sebelum menerapkan LTE. Dan base station NSN yang digunakan saat ini sebenarnya sudah siap untuk dikonversi ke LTE hanya perlu diganti softwarenya saja yah. Ya kita tunggu saja kapan Indonesia akan memakai dan mengikuti perkembangan Negara diluar sana.
READ MORE - Jaringan Telekomunikasi 4G LTE Lesatkan Pemakaian TV & Video Online
Tentu saja fenomena itu terjadi di negara yang operator telekomunikasinya telah menerapkan 4G LTE. Di antaranya Amerika Serikat dan Swedia. Di Amerika Serikat, layanan rental video online yang dibesut perusahaan Netflix makin digandrungi di kalangan pengguna gadget mobile.
"Netflix ini memang sedang fenomenal di Amerika Serikat. Bahkan masyarakat di sana kini cenderung lebih memilih mengakses video online melalui Netflix ketimbang YouTube," kata Leslie Shannon, Head of Strategic Marketing Nokia Siemens Network wilayah Timur Tengah & Asia di Jakarta, Rabu (12/9/2011).
Netflix pun akan berekspansi ke pasar internasional dengan model bisnis penyewaan video online yang cukup distreaming ke perangkat. Memang kecepatan LTE yang mampu menembus sampai ratusan Mbps membuat streaming video atau televisi berjalan tanpa kendala.
"Menurut operator Telia Sonera di Swedia yang juga telah menerapkan teknologi LTE, televisi online menjadi salah satu layanan yang paling diminati," tambah Shannon.
Satu layanan lagi yang melesat berkat keberadaan LTE adalah game sosial berbasis mobile. Memang di Swedia, kecepatan LTE tercatat bisa sampai 102 Mbps. Telia Sonera sendiri adalah operator pertama yang melakukan komersialisasi layanan LTE.
Dengan keunggulan tersebut, Dharma menyebutkan, LTE bisa memberikan peluang besar bagi penyedia konten dan pasar pengguna internet di Indonesia. Pasalnya, dari data yang dikumpulkan, perilaku berinternet di Indonesia tidak jauh dari mobile game dan video streaming.
Lantas, bagaimana kesiapan jaringan di Indonesai untuk LTE ini?
Dan menurut saya di Indonesia, komersialisasi LTE oleh operator tampaknya belum akan terjadi dalam waktu dekat. Selain masalah penataan frekuensi, pemerintah tampaknya masih mengutamakan teknologi WiMax sebelum menerapkan LTE. Dan base station NSN yang digunakan saat ini sebenarnya sudah siap untuk dikonversi ke LTE hanya perlu diganti softwarenya saja yah. Ya kita tunggu saja kapan Indonesia akan memakai dan mengikuti perkembangan Negara diluar sana.
Di Ujung Waktu, Cinta Menoreh Banyak Makna Walau Tak Semuanya Bisa Dipahami
Di Ujung Waktu, Cinta Menoreh Banyak Makna Walau Tak Semuanya Bisa Dipahami
Senja itu aku duduk termangu didekat danau itu dan merasakan setiap sentuhan dingin yang mulai menusuk kulit ku. Memandangi sekelilingku betapa indahnya pemandangan saat itu, saat berdua bersamanya menjalin kisah kasih yang tak dapat terungkapkan oleh kata dan tulisan. Terkadang sempat terlintas dibenakku kenapa bisa terjadi hal yang tak ku inginkan ini, saat aku harus berpisah dengannya dan tanpa alasan yang tak begitu jelas bahkan menatap wajahnya pun untuk terakhir kalinya tak kudapati. Seolah hanya mimpi, mimpi yang tak ku inginkan dan berharap terbangun dari mimpi buruk ini. Canda dan tawa selalu mengelilingi tempat ini, tempat yang begitu indah saat dulu bersamanya. Tapi kini hanya bayang-bayang kenangan manis yang tersisa. Sungguh aku pun bahkan tak mengerti mengapa ada pertemuan dan ada perpisahan tapi ini bukan maut yang memisahkan melainkan hilang bak ditelan bumi tanpa kabar tanpa penjelasan. Menunggu adalah hal yang saat ku benci sampai kapan kah cinta itu akan kembali, sempat putus asa dengan keadaan ini tapi aku harus terus berjuang menjalani hidup ini sampai akhirnya ku dapati cinta sejati.
Subscribe to:
Posts (Atom)